Wilujeung Sumping
Assallamu allaikuum...
semoga rahmat dan berkah Allah tercurah untuk Rasulullah, keluarganya, sahabat-sahabatnya dan kita semua sebagai umatnya...
semoga rahmat dan berkah Allah tercurah untuk Rasulullah, keluarganya, sahabat-sahabatnya dan kita semua sebagai umatnya...
Rabu, 17 Maret 2010
Sesaat tentang TTC
Sesaat dari Para Penulis Buku:
“Pengalaman saya ketika menghajikan almarhumah ibu kandung, saya merasa seakan kembali dalam nuansa air ketuban. Saya hancur menjumpai Allah dalam jiwa yang kosong mencapai titik nol, inilah Yang Maha Cinta yaitu Allah Swt. itu sendiri, yang kita kenal lewat kasih sayang seorang ibu, penuh pengorbanan tanpa pamrih. Pembaca akan merasakan apa yang disajikan oleh Riyanto El Harits dalam novel ini, yang karena sabda ibunya membuatnya terjaga untuk tetap semangat dan memberikan yang terbaik, ketika di STPDN/IPDN atau dalam tugas dan pengabdian, kendati ibunya sudah lama tiada.”
Inu Kencana Syafiie, dosen IPDN, pengarang IPDN Undercover.
“Setiap kita pasti memiliki ibu, entah masih hidup atau sudah almarhumah. Novel ini akan membuat kita kian mencintai ibu kita, merasakan makna keberadaannya bagi kehidupan kita, bahkan sekalipun kini kita sudah menjadi orang tua pula.”
Muhammad El Natsir, pengarang novel Tahajjud Cinta.
Menghajikan almarhumah ibu atas nama cinta mungkin tetap tak akan mampu menandingi cinta suci ibu kepada kita selama ini. Namun pesan besar novel ini benar-benar berhasil memunculkan makna seorang ibu bagi setiap anaknya. Mengharukan, menyadarkan, membuat hati yang lembut akan gerimis....”
Anam Khoirul Anam, pengarang novel best-seller Dzikir-dzikir Cinta.
Novel ini menyingkap rahasia terbesar untuk menjadi anak yang berbakti kepada ibu khususnya. Semakin mengulangi bacaan novel ini, semakin kuat saya menangis membayangkan betapa sangat kerdilnya cinta kita dibanding cinta ibu kepada kita....”
Rachmat Ramadhana al-Banjari, pengasuh Pondok Pesantren Raudhatul Muttaqien, Babadan, Purwomartani, Yogyakarta.
“Sebagai sebuah novel, Takbir-takbir Cinta ini sangat memikat. Secara pesan materi, novel ini adalah pengingat akan kelalaian hati. Saya jadi benar-benar rindu wajahmu, Ibu!”
Taufiqurrahman al-Azizy, novelis muslim terkemuka, pengarang best-seller novel Trilogi Makrifat Cinta dan Dwilogi Munajat Cinta.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar