[Bukan] Lelaki Terindah.... sebuah antitesis?
Berawal dari sebuah cerpen yang digubah kembali menjadi novel ini merupakan kisah perjuangan cinta dan hati dari sebuah persahabatan. Persahabatan yang tulus, tanpa membedakan status, gender ataupun gaya hidup. Banyak sekali kendala yang saya dapat ketika harus mewujudkan novel yang berkisah tentang barisan manusia yang sedikit termarginalkan dalam lingkungan masyarakat Indonesia. Keberadaan para lelaki yang menyukai sesama ini, memang bagai gunung es yang tak pernah terdeteksi kondisi seutuhnya.
Namun berkat bantuan beberapa teman dan juga para pelaku yang sudi berbagi tentang gaya hidupnya, novel ini dapat terwujud dan menjadi kemasan kisah yang manis. Manis karena di dalamnya ada sebuah pengorbanan, cinta, cemburu dan juga keikhlasan untuk taqdir ujian yang harus dijalani. Dengan balutan religius serta sentuhan pop, novel ini dapat mewakili sekian banyak orang yang ingin tahu tentang kaum gay.
Tidak bermaksud menyaingi novel sejenis yang pernah ada, yang jelas [Bukan] Lelaki Terindah memiliki ranah dan sentuhannya tersendiri. Dikemas secara sederhana dengan suasana ke-Indonesia-an, menjadikan para pembaca melihat fenomena ini lebih ringan. Setidaknya begitulah kesan dan pesan para pembaca tentang [Bukan] Lelaki Terindah ini.
Silahkan simak, petikan tiap Bab dari novel yang lain dari semua yang ada di tautan Blog sederhana ini.
Salam hangat,
Riyanto El Harist
Tidak ada komentar:
Posting Komentar