Tiga
Facebook
Indonesia, saat ini...
Masih subuh sekali, ketika secara iseng lelaki yang masih bersarung itu membuka beranda Facebook-nya. Sejak ikut situs
pertemanan setahun yang lalu, ia memang agak sedikit
kecanduan untuk terus berselancar di dunia maya. Entah bagaimana awalnya, yang
jelas seperti makan atau minum yang tidak bisa ia tinggalkan. Sehari saja ia
tak membuka statusnya atau status teman-teman maya-nya, rasanya seperti ada
yang hilang. Oleh karena itulah, di hari yang masih temaram itu, ia telah duduk
manis di depan laptopnya hanya sekedar membaca wall dan beranda Facebook. Tidak
ada yang ditunggu saat itu, hanya saja setelah sholat subuh, tiba-tiba ia
merasa kangen dengan beberapa teman masa lalu yang kebetulan telah tergabung dalam list teman-temannya.
Namun karena rasa kangen itulah, lelaki yang
masih besarung itu menemukan sebuah pesan masuk inbox dari
seseorang yang belum ter-add sebagai
temanya. Facebook memang terbuka
untuk siapa saja dan pertemanan apa saja. Seperti pesan masuk yang terdapat di wall profile-nya. Sejenak ia memperhatikan judul pesan, dan nama
pengirim pesan tersebut. Tak ada foto yang terpampang di sana, membuat lelaki
ini agak sedikit memutar ingatannya untuk coba mengenali nama si pengirim
pesan. Beberapa saat tak jua ia ingat nama si pengirim pesan tersebut, akhirnya
ia membuka juga isi dari pesan tersebut. Sebaris kalimatpun muncul dari pesan
dengan judul ‘Apa kabar?’ itu.
....Assallamu ‘allaikum, saudaraku,
semoga selalu dalam berkah dan
lindungan-Nya...
Bagaimana kabarmu sekarang, lama kita ngga ketemu,
mudah-mudahan kamu ngga lupa sama aku,
kalau kamu baca ini, tolong balas dan add aku jadi
temanmu yaa...
Salam hangat selalu,
Rudi...
Wassallamuallaikum...
Sesaat ia mengusap wajahnya yang mulai bereekspresi bingung,
mencoba mengingat kembali nama yang tertera pada pesan pendek yang diterimanya
itu. Lama sekali ia mencoba memutar kembali memori di kepalanya, hingga
beberapa saat. Dan tak lama kemudian, ia
mulai terpaut pada sebuah ingatan masa
lalu yang sebetulnya senantiasa ada di dalam titian hidupnya. Rudi Prasetyo,
sahabat terbaik masa lalunya yang pernah begitu dekat dalam hidupnya lima belas
tahun yang lalu. Yah, seorang kawan lama yang selalu ia jaga di ruang hatinya. Setelah sekian lama mereka terpisah, rupanya Allah berkenan mengembalikan kenangan persahabatan diantara mereka....
“Apakah ia Rudi sahabatku dulu? Orang yang
telah begitu berjasa dalam hidupku,” sesaat lelaki itu ragu. Dipijit keningnya yang mulai berkerut karena proses berfikir, “yah lima belas tahun yang
lalu! Kalau memang dia Rudi Prasetyo, dimana ia sekarang.
Infonya tak menyebutkan banyak hal, aku tak begitu yakin kalau pengirim pesan ini
Rudi sahabatku...”
Lelaki yang berumur sekitar tiga puluh
limaan ini mendadak menerawang, mencoba menautkan ingatan yang tak lagi jelas
itu dengan info si pengirim pesan yang super irit itu. Tak ada foto profile, tidak ada foto diri, apalagi
foto-foto album. Benar-benar
sangat misterius dan membuatnya semakin ragu dengan apa yang ada dalam
benaknya. Sempat terlintas di kepalanya, kalau Rudi yang ia baca ini memang
teman di masa lalunya. Namun Rudi yang mana, ia punya puluhan bahkan ratusan
teman dengan nama Rudi. Dari sekian teman yang bernama Rudi, hampir semuanya ia
kenal dan tak semisterius seperti pengirim pesan itu. Ada status menikah di
info wallnya, namun tak menemukan alamat, kontak person dan dengan siapa ia
menikah. Benar-benar membuatnya tak
merasa akrab dengan si pengirim pesan.
Ada selintas di fikirannya, untuk
mengabaikan isi pesan dan ajakan untuk menjadi teman. Namun, cuek dan jual
mahal dalam pertemanan bukanlah sifatnya. Lelaki yang baru saja dikaruniai anak
kedua ini terkenal supel dan pandai bergaul dengan siapa saja. Ia memutuskan untuk menerima ajakan perteman dari si pengirim pesan ini.
Sambil mengetik kalimat untuk membalas dan
menerima ajakan pertemananya, fikiran lelaki ini masih saja mencoba menemukan
sesosok manusia dengan nama yang tertaut di pesan masuk itu.
Wa allaikum
salam...
Maaf ini dengan
Rudi mana ya, tak ada satupun yang
menjadi teman bersama kita. Apakah kita
pernah kenal sebelumnya? Atau dari jalur mana anda mendapatkan nama akun saya?
Terima kasih sekali, bila anda berkenan menjelaskan semuanya ini. Untuk pertemanan yang lebih
baik...
Lelaki itupun mulai meng-klik send untuk
pesan yang baru saja ia tulis untuk membalas pesan yang baru saja ia baca.
Sementara ajakan pertemanan yang telah ia klik di awal-awal menerima berita
pemberintahuan, membuatnya memiliki akses untuk terus mencari info lain-lain. Namun seperti
kolom infonya, dinding, catatan, ataupun tautan videonya tak memberikan
aktifitas apapun. Benar-benar pengguna facebook yang aneh, fikirnya.
“Paah...,” sebuah suara tiba-tiba
mengejutkannya dari arah kamar.
“Iya mah, Papah di ruang kerja, ada apa?”
jawabnya agak malas.
“Katanya ada meeting penting di kantor,
koq belum mandi juga?” perempuan yang ternyata istrinya ini terdengar
mengingatkan agenda kerja suaminya hari itu.
“Iya sebentar lagi Mah, Papah selesaikan
ini dulu...”
“Bikin apaan lagi sih, bukannya bahan
untuk presntasi sudah Papah selesaikan malam tadi?” perempuan yang masih
terlihat cantik di usianya yang kepala tiga ini mulai menyelidik ke dalam ruang
kerja suaminya. Sementara sang suami tersenyum simpul mendapati isterinya masuk
dan langsung melihat aktifitasnya...
“Eh Mamah....”
“Facebook terus Papah ini, awas nanti
menyita seluruh waktu kerja Papah lho,” perempuan yang dipanggil Mamah ini
tersenyum geli mendapati suaminya yang malu-malu menutupi layar laptop. Ia
memang sudah maklum dengan hobi baru suaminya ini. Dulu ia sering ditinggalkan karena hobi memancingnya, jadi kalau dibandingkan
dengan kegemaran barunya sekarang. Ini lebih ringan, selain jadi anteng di
rumah, ia juga jadi bisa melihat
aktifitas suaminya tanpa harus bertanya banyak.
“Ini juga sudah di sign out, koq Mah...,”
sang suami makin nyengir menutupi malunya. Ah, facebook memang membuai siapa
saja akhir-akhir ini. Tak terkecuali seorang Aldi Bramanthya yang terkenal
sangat alim dan arsitektur ulung dari sebuah perusahaan jasa konstruksi ternama
di Jakarta. Harus menjadi
pecandu status dan koment wall facebook.
*****
“Jadi semuanya sudah jelas yaa, kalau proyek ini
merupakan ujung pangkal dari proyek-proyek selanjutnya?” Presiden Direktur yang
berkenan hadir itu menyampaikan opsi terakhirnya.
“Jelas Pak!” jawab semua peserta rapat
berbarengan.
“Baik, oleh karena itu, untuk pimpinan proyek kali
ini saya percayakan pada Saudara Aldi Bramathya. Silahkan anda buat proposal
dan rinci detail dari proyek kita ini, dan silahkan anda ekspose satu bulan
nanti.”
“Baik Pak, saya akan membuat proposal itu, berikut
maket dan perhitungan detil proyek secara lengkap,”
“Bagus, dengan demikian briefing staff pagi ini
saya fikir cukup. Assallamu allaikum...” Presiden Direktur PT. Global Wiratama
Persada meninggalkan ruangan rapat. Dibelakangnya para komisaris dan petinggi
perusahan membarengi. Senyum mereka cerah, berkaitan dengan adanya tawaran
proyek besar dari Pemerintah Provinsi Banten. Setidaknya tawaran perdana ini
merupakan jalan pembuka bagi perusahaan mereka untuk bisa bekerja sama dengan
pemerintah-pemerintah daerah lainnya secara leluasa.
“Selamat ya Al, semoga sukses!”
“Terima kasih, Pak!”
“Selamat Al,”
“Trima kasih-terima kasih!” Aldi menerima ucapan
selamat dari beberapa rekan seprofesinya. Kepercayaan yang diterimanya pagi itu
merupakan hal yang sudah diprediksikan selama ini. Berkat keberhasilannya pada
lima proyek yang ia tangani di Kalimantan dan Sulawesi, membuatnya menjadi
pimpro kembali di Provinsi Banten kali ini.
Senyum lebar terukir di wajahnya kini, “semoga aku bisa mengemban amanah ini dengan
baik, dan memberikan yang terbaik untuk isteri dan anak-anaku...,” bathin Aldi
seraya menutup laptopnya. Fikirannya terus berputar untuk segera berproses
dengan amanah yang baru saja ia dapat. Setidaknya bulan depan merupakan saat ia
menunjukan kelayakkanya sebagai pimpinan
proyek. Berbagai arsip dan dokumen pelengkap ia buka dan ia pelajari kembali penuh semangat. Ia juga mempelajari apa saja yang membuat sekian proyeknya berhasil. Namun dari antusias dan semangatnya
itulah, tiba-tiba tanganya beradu pada sebentuk benda usang. Sepertinya amplop coklat tua yang pernah ia simpan lama
di meja kerjanya. Itu property usang ketika baru menginjakan kaki di perusahaan
jasa konstruksi ini.
Perlahan Aldi membuka bungkus coklat yang sudah
mulai melapuk itu. Melihat-lihat dan mencoba mengenali beberapa benda yang ada
di dalamnya. Beberapa daftar riwayat hidup, copy ijazah, hingga tumpukan
buku-buku catatan. Namun dari beberapa buku catatan itu, ada yang begitu serius
menyedot pemikirannya. Catatan kecil yang sudah usang dengan tera-an tahun
belasan tahun lalu, terukir pula pemilik buku usang itu di halaman depannya.
“Rudi... Rudi Prasetyo, dimana kamu sekarang,
Kawan?”
******
Tidak ada komentar:
Posting Komentar