Wilujeung Sumping

Assallamu allaikuum...
semoga rahmat dan berkah Allah tercurah untuk Rasulullah, keluarganya, sahabat-sahabatnya dan kita semua sebagai umatnya...

Kamis, 20 Juni 2013



Tiga

Facebook  


Indonesia, saat ini...

Masih subuh sekali, ketika secara iseng lelaki yang masih bersarung itu membuka  beranda Facebook-nya. Sejak ikut situs pertemanan setahun yang lalu, ia memang agak sedikit kecanduan untuk terus berselancar di dunia maya. Entah bagaimana awalnya, yang jelas seperti makan atau minum yang tidak bisa ia tinggalkan. Sehari saja ia tak membuka statusnya atau status teman-teman maya-nya, rasanya seperti ada yang hilang. Oleh karena itulah, di hari yang masih temaram itu, ia telah duduk manis di depan laptopnya hanya sekedar membaca wall dan beranda Facebook. Tidak ada yang ditunggu saat itu, hanya saja setelah sholat subuh, tiba-tiba ia merasa kangen dengan beberapa teman  masa lalu yang kebetulan telah tergabung dalam list teman-temannya.
 Namun karena rasa kangen itulah, lelaki yang masih besarung   itu  menemukan sebuah pesan masuk inbox dari seseorang yang belum ter-add sebagai temanya.   Facebook memang terbuka untuk siapa saja dan pertemanan apa saja. Seperti pesan masuk yang  terdapat di wall profile-nya. Sejenak ia memperhatikan judul pesan, dan nama pengirim pesan tersebut. Tak ada foto yang terpampang di sana, membuat lelaki ini agak sedikit memutar ingatannya untuk coba mengenali nama si pengirim pesan. Beberapa saat tak jua ia ingat nama si pengirim pesan tersebut, akhirnya ia membuka juga isi dari pesan tersebut. Sebaris kalimatpun muncul dari pesan dengan judul ‘Apa kabar?’ itu.

....Assallamu ‘allaikum, saudaraku,
semoga selalu dalam  berkah dan lindungan-Nya...
Bagaimana kabarmu sekarang, lama kita ngga ketemu, mudah-mudahan kamu ngga lupa sama aku,
kalau kamu baca ini, tolong balas dan add aku jadi temanmu yaa...
Salam hangat selalu,
Rudi...
Wassallamuallaikum...

Sesaat ia mengusap  wajahnya yang mulai bereekspresi bingung, mencoba mengingat kembali nama yang tertera pada pesan pendek yang diterimanya itu. Lama sekali ia mencoba memutar kembali memori di kepalanya, hingga beberapa saat.  Dan tak lama kemudian, ia mulai  terpaut pada sebuah ingatan masa lalu yang sebetulnya senantiasa ada di dalam titian hidupnya. Rudi Prasetyo, sahabat terbaik masa lalunya yang pernah begitu dekat dalam hidupnya lima belas tahun yang lalu. Yah, seorang kawan lama yang selalu  ia jaga di ruang hatinya. Setelah sekian lama mereka terpisah, rupanya  Allah berkenan mengembalikan kenangan  persahabatan diantara mereka....
“Apakah ia Rudi sahabatku dulu? Orang yang telah begitu berjasa dalam hidupku,” sesaat lelaki itu ragu. Dipijit keningnya yang mulai berkerut karena proses berfikir, “yah lima belas tahun yang lalu! Kalau memang dia Rudi Prasetyo, dimana ia sekarang. Infonya tak menyebutkan banyak hal, aku tak begitu yakin kalau pengirim pesan ini Rudi sahabatku...”
Lelaki yang berumur sekitar tiga puluh limaan ini mendadak menerawang, mencoba menautkan ingatan yang tak lagi jelas itu dengan info si pengirim pesan yang super irit itu. Tak ada foto profile, tidak ada foto diri, apalagi foto-foto album. Benar-benar sangat misterius dan membuatnya semakin ragu dengan apa yang ada dalam benaknya. Sempat terlintas di kepalanya, kalau Rudi yang ia baca ini memang teman di masa lalunya. Namun Rudi yang mana, ia punya puluhan bahkan ratusan teman dengan nama Rudi. Dari sekian teman yang bernama Rudi, hampir semuanya ia kenal dan tak semisterius seperti pengirim pesan itu. Ada status menikah di info wallnya, namun tak menemukan alamat, kontak person dan dengan siapa ia menikah. Benar-benar  membuatnya tak merasa akrab dengan si pengirim pesan.
Ada selintas di fikirannya, untuk mengabaikan isi pesan dan ajakan untuk menjadi teman. Namun, cuek dan jual mahal dalam pertemanan bukanlah sifatnya. Lelaki yang baru saja dikaruniai anak kedua ini terkenal supel dan pandai bergaul dengan siapa saja.   Ia memutuskan untuk menerima ajakan perteman dari si pengirim pesan ini.
Sambil mengetik kalimat untuk membalas dan menerima ajakan pertemananya, fikiran lelaki ini masih saja mencoba menemukan sesosok manusia dengan nama yang tertaut di pesan masuk itu. 

Wa allaikum salam...
Maaf ini dengan Rudi mana ya,   tak ada satupun  yang menjadi teman bersama kita. Apakah kita pernah kenal sebelumnya? Atau dari jalur mana anda mendapatkan nama akun saya? Terima kasih sekali, bila anda berkenan menjelaskan  semuanya ini. Untuk pertemanan yang lebih baik...

Lelaki itupun mulai meng-klik send untuk pesan yang baru saja ia tulis untuk membalas pesan yang baru saja ia baca. Sementara ajakan pertemanan yang telah ia klik di awal-awal menerima berita pemberintahuan, membuatnya memiliki akses untuk   terus mencari info lain-lain. Namun seperti kolom infonya, dinding, catatan, ataupun tautan videonya tak memberikan aktifitas apapun. Benar-benar pengguna facebook yang aneh, fikirnya.
“Paah...,” sebuah suara tiba-tiba mengejutkannya dari arah kamar.
“Iya mah, Papah di ruang kerja, ada apa?” jawabnya agak malas.
“Katanya ada meeting penting di kantor, koq belum mandi juga?” perempuan yang ternyata istrinya ini terdengar mengingatkan agenda kerja suaminya hari itu. 
“Iya sebentar lagi Mah, Papah selesaikan ini dulu...”
“Bikin apaan lagi sih, bukannya bahan untuk presntasi sudah Papah selesaikan malam tadi?” perempuan yang masih terlihat cantik di usianya yang kepala tiga ini mulai menyelidik ke dalam ruang kerja suaminya. Sementara sang suami tersenyum simpul mendapati isterinya masuk dan langsung melihat aktifitasnya...
“Eh Mamah....”
“Facebook terus Papah ini, awas nanti menyita seluruh waktu kerja Papah lho,” perempuan yang dipanggil Mamah ini tersenyum geli mendapati suaminya yang malu-malu menutupi layar laptop. Ia memang sudah maklum dengan hobi baru suaminya ini. Dulu ia  sering ditinggalkan karena   hobi memancingnya, jadi kalau dibandingkan dengan kegemaran barunya sekarang. Ini lebih ringan, selain jadi anteng di rumah, ia juga jadi  bisa melihat aktifitas suaminya tanpa harus bertanya banyak.
“Ini juga sudah di sign out, koq Mah...,” sang suami makin nyengir menutupi malunya. Ah, facebook memang membuai siapa saja akhir-akhir ini. Tak terkecuali seorang Aldi Bramanthya yang terkenal sangat alim dan arsitektur ulung dari sebuah perusahaan jasa konstruksi ternama di Jakarta. Harus menjadi pecandu status dan koment wall facebook.

*****

“Jadi semuanya sudah jelas yaa, kalau proyek ini merupakan ujung pangkal dari proyek-proyek selanjutnya?” Presiden Direktur yang berkenan hadir itu menyampaikan opsi terakhirnya.
“Jelas Pak!” jawab semua peserta rapat berbarengan.
“Baik, oleh karena itu, untuk pimpinan proyek kali ini saya percayakan pada Saudara Aldi Bramathya. Silahkan anda buat proposal dan rinci detail dari proyek kita ini, dan silahkan anda ekspose satu bulan nanti.”
“Baik Pak, saya akan membuat proposal itu, berikut maket dan perhitungan detil proyek secara lengkap,”
“Bagus, dengan demikian briefing staff pagi ini saya fikir cukup. Assallamu allaikum...” Presiden Direktur PT. Global Wiratama Persada meninggalkan ruangan rapat. Dibelakangnya para komisaris dan petinggi perusahan membarengi. Senyum mereka cerah, berkaitan dengan adanya tawaran proyek besar dari Pemerintah Provinsi Banten. Setidaknya tawaran perdana ini merupakan jalan pembuka bagi perusahaan mereka untuk bisa bekerja sama dengan pemerintah-pemerintah daerah lainnya secara leluasa.
“Selamat ya Al, semoga sukses!”
“Terima kasih, Pak!”
“Selamat Al,”
“Trima kasih-terima kasih!” Aldi menerima ucapan selamat dari beberapa rekan seprofesinya. Kepercayaan yang diterimanya pagi itu merupakan hal yang sudah diprediksikan selama ini. Berkat keberhasilannya pada lima proyek yang ia tangani di Kalimantan dan Sulawesi, membuatnya menjadi pimpro kembali di Provinsi Banten kali ini.
Senyum lebar terukir di wajahnya kini,  “semoga aku bisa mengemban amanah ini dengan baik, dan memberikan yang terbaik untuk isteri dan anak-anaku...,” bathin Aldi seraya menutup laptopnya. Fikirannya terus berputar untuk segera berproses dengan amanah yang baru saja ia dapat. Setidaknya bulan depan merupakan saat ia menunjukan kelayakkanya  sebagai pimpinan proyek. Berbagai arsip dan dokumen pelengkap  ia buka dan ia pelajari kembali penuh semangat.  Ia juga mempelajari  apa saja  yang membuat sekian proyeknya  berhasil. Namun dari antusias dan semangatnya itulah, tiba-tiba tanganya beradu pada sebentuk benda usang. Sepertinya  amplop coklat tua yang pernah ia simpan lama di meja kerjanya. Itu property usang ketika baru menginjakan kaki di perusahaan jasa konstruksi ini.
Perlahan Aldi membuka bungkus coklat yang sudah mulai melapuk itu. Melihat-lihat dan mencoba mengenali beberapa benda yang ada di dalamnya. Beberapa daftar riwayat hidup, copy ijazah, hingga tumpukan buku-buku catatan. Namun dari beberapa buku catatan itu, ada yang begitu serius menyedot pemikirannya. Catatan kecil yang sudah usang dengan tera-an tahun belasan tahun lalu, terukir pula pemilik buku usang itu di halaman depannya.
“Rudi... Rudi Prasetyo, dimana kamu sekarang, Kawan?”


******

Tidak ada komentar:

Posting Komentar